Organisasi dan komunikasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare,
yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya
saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada
juga yang menamakannya sarana.
Everet M.Rogers dalam bukunya Communication in Organization,
mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan
pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen
mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur
formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara ilmu
komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada
manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam
organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai,
bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya.
Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan
jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam
organisasi adalah sebagai berikut:
Fungsi informatif.
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara
lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk
membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi
di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk
melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
Fungsi regulatif.
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan
regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
Fungsi persuasif.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi
perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
Fungsi integratif.
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan
dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi
yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan
kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar
pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk
berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory,
membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang
menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun
prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:
kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari
satu atasan
rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang
bergerak dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan
oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk
pengambilan keputusan dan komunikasi.
divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai
suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran
organisasi dengan suatu cara efisien.
tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan
kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan
keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda
rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum-
melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.
Selanjutnya, Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas
komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan sistem.
Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap struktur hirarkhi,
garis rantai komando komunikasi, prosedur operasi standar merupakan mungsuh
dari inovasi. Ia melihat organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus
menerus beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan dalam orde untuk
mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang
samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick
meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika
anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan
komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang
mengacaukan, manajer harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.
Teori Weick tentang pengorganisasian mempunyai arti penting
dalam bidang komunikasi karena ia menggunakan komunikasi sebagai basis
pengorganisasian manusia dan memberikan dasar logika untuk memahami bagaimana
orang berorganisasi. Menurutnya, kegiatan-kegiatan pengorganisasian memenuhi
fungsi pengurangan ketidakpastian dari informasi yang diterima dari lingkungan
atau wilayah sekeliling. Ia menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan
ketidakpastian, atau keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua
informasi dari lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan
aktivitas-aktivitas pengorganisasian dirancang untuk mengurangi ketidakpastian
atau ketidakjelasan.
Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner
yang bersandar pada sebuah rangkaian tiga proses:
penentuan (enachment)à seleksi (selection)à penyimpanan
(retention)
Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan
informasi yang tidak jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan
dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan. Seleksi, proses ini memungkinkan
kelompok untuk menerima aspek-aspek tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya
dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan
alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini
akan menghilangkan lebih banyak ketidakjelasan dari informasi awal. Penyimpanan
yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa
mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan
informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.
Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi
menghadapi sebuah masalah pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan
berkenaan dengan kebijakan organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan
berbeda dari apa yang telah kami lakukan sebelumnya?”
Sedemikian jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda
mempercayai bahwa organisasi bergerak dari proses pengorganisasian ke proses
lain dengan cara yang sudah tertentu: penentuan; seleksi; penyimpanan; dan
pemilihan. Bukan begitu halnya. Sub-subkelompok individual dalam organisasi
terus menerus melakukan kegiatan di dalam proses-proses ini untuk menemukan
aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari
organisasi mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses
organisasi, hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek
kata di dalam organisasi terdapat siklus perilaku.
Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang
saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang
pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam
siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan
berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk
menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau
penyimpanan).
Demikianlah pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari
teori Weick, yaitu: lingkungan; ketidakjelasan; penentuan; seleksi;
penyimpanan; masalah pemilihan; siklus perilaku; dan aturan-aturan berkumpul,
yang semuanya memberi kontribusi pada pengurangan ketidakjelasan.
2. Pendekatan budaya.
Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang
sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu.
Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan
ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah
ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi
merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk
sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap
bahwa budaya bukan sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya
adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi
dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya
mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat
cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena
aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi
bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan
cerita-cerita, ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk
memproduksi dan mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan kritik.
Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa
kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya
dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan
yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau
manajerialisme.
Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi
dan direproduksi.
Manajer dapat menciptakan kesehatan organisasi dan
nilai-nilai demokrasi dengan mengkoordinasikan partisipasi stakeholder dalam
keputusan-keputusan korporat.
Daftar Pustaka
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory,
McGrraw-Hill Companies
Sendjaja, 1994, Teori-Teori Komunikasi, Universitas Terbuka
SIMPULAN
Þ Kom. Org terjadi
dalam suatu system terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya
sendiri baik internal & eksternal.
Þ Kom. Org meliputi
pesan & arus, tujuan dan media.
Þ Kom. Org meliputi
orang & sikapnya, perasaaan, hubungan dan keterampilannya.
Organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual
yang melalui suatu hierarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai
tujuan yang ditetapkan. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi
artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk
saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar
pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam
kelompok dan masyarakat.
Di dalam kelompok/organisasi terdapat bentuk kepemimpinan
yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri
dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada
two-way-communications h atau komunikasi timbal balik, untuk mencapai
cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu
organisasi.
Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses dari suatu
keinginan masing-masing individu untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan
dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Kehidupan
organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi efektif. Komunikasi efektif
tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan
luar organisasi sesuai dengan perkembangan internal organisasi itu sendiri. Di
samping itu dalam komunikasi didasari beberapa perspektif dalam pengembangannya
sehingga berperanan penting dalam organisasi.
Perspektif dan Peranan Komunikasi Dalam Organisasi serta
Teori-teori Organisasi
A. Perspektif yang Mendasari Komunikasi Organisasi
Sejumlah teori komunikasi menggunakan metode dan logika
penjelasan yang terdiri dari empat perspektif yang mendasari pengembangan teori
dalam ilmu komunikasi. Keempat perspektif itu adalah:
1. Covering Law Theories
Pespektif ini berangkat dari prinsip sebab-akibat atau
hubungan kausal. Rumusan umum dari prinsip ini antara lain dicerminkan dalam
pernyataan hipotesis. Menurut Dray penjelasan Covering Law Theories didasarkan
pada dua asas:
a. Teori berisikan penjelasan yang berdasarkan pada
keberlakuan umum/hukum umum.
b. Penjelasan teori berdasarkan analisis keberaturan. Dalam
Covering Law Theories terdapat tiga macam penjelasan:
Deductive-Nomological (D-N), penjelasan terbagi atas dua
bagian, yaitu objek penjelasan (apa yang dijelaskan) dan subjek penjelasan (apa
yang menjelaskan).
Contoh semua X . . adalah Y. X dan Y bersifat universal.
Deductive-Statistical (D-S), berdasarkan prinsip
probabililstik dalam ststistik. Formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut: P
(X,Y)=R, menyatakan R menunjukan bahwa proporsi X bersama Y bisa sama dengan R.
Inductive-Statistical (I-S), prisipnya sama dengan D-S,
bedanya subjek penjelasan dijadikan pendukung induktif untuk menerangkan objek
penjelasan. Contoh; P (T,R) = 0,90. Prinsip Covering Laws ini pada dasarnya
memiliki keterbatasan: a. Keberlakuan prinsip universalitas bersifat relatif.
b. Formula statistik Covering Law Theories sulit diterapkan
dalam mengamatia tingkah laku manusia. Karena pada dasarnya tingkah laku
manusia suka berubah dan sulit diterka.
c. Manusia dalam kehidupannya juga terikat pada ikatan
budaya tertentu. d. Kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks.
e. Terlalu berdasar pada hitungan statistik yang belum tentu
sesuai dengan realitas.
2. Rule Theories
Pemikiran perspektif ini berdasarkan pada prinsip praktis
bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut
kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik individu-individu
yang berinteraksi harus menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan
lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga
harus ada aturan atau kesepakatan dalam hal giliran berbicara, bagaimana
bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya,
agar tidak terjadi konflik atau kekacauan.
Perspektif ini memiliki dua ciri utama:
a. Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku
dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia.
b. Aturan menunjukan sifat-sifat dari keberaturan yang
berbeda dari keberaturan sebab akibat. Para ahli penganut aliran evolusi
mengemukakan bahwa dalam mengamati tingkah laku manusia, perspektif ini
menunjuk tujuh kelompok di mana masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda
dalam pengamatannya.
Memfokuskan perhatiannya pada pengamatan tingkah laku sebagai
aturan. mengamati tingkah laku yang menjadi kebiasaan. menitikberatkan
perhatiannya pada aturan-aturan yang menentukan tingkah laku. mengamati
aturan-aturan yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku. memfokuskan
pengamatannya pada aturan-aturan yang mengikuti tingkahlaku. mengikuti
aturan-aturan yang menerapkan tingkah laku memfokuskan perhatiannya pada
tingkah laku yang merefleksikan aturan.
Dalam konteks komunikasi antarpribadi, pemikiran perspektif
ini menekankan bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil atau refleksi dari
penerapan aturan yang disepakati bersama. Dalam hal ini ada empat proposisi
yang diajukan:
a. Tindakan-tindakan yang bersifat gabungan, kombinasi dan
asosiasi merupakan ciri-ciri perilaku manusia.
b. Tindakan-tindakan di atas disampaikan melalui pertukaran
informasi simbolis.
c. Penyampaian informasi simbolis menuntut adanya interaksi
antarsumber, pesan, dan penerima yang sesuai dengan aturan komunikasi yang
disepakati.
d. Aturan-aturan komunikasi ini mencakup pola-pola umum dan
khusus.
3. System Theories
Secara umum sistem mempunyai empat ciri:
a. Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari elemen-
elemen yang masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri.
b. Sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah.
c. Sistem hadir sebagai reaksi atas lingkungan.
d. Sistem merupakan koordinasi dari hirarki.
Ada banyak jenis sistem, tetapi yang sering terkait dengan
teori komunikasi adalah sistem terbuka dan structural-functional. Sistem
terbuka (open sistem) ditandai dengan: Unsur-unsur yang ada dalam sistem Fungsi dari masing-masing sistem Hubungan antara unsur dalam
sistem Lingkungan sosial budaya di mana sistem berada. Komunikasi organisasi banyak dipengaruhi oleh logika berpikir
sistem, di mana komunikasi organisasi berhubungan dengan komunikasi
interpersonal dalam oranisasi yang di dalamnya terdapat hierarki.
4. Symbolic Interactionisme
Perspektif ini berkembang dari sosiologi. Menurut Jarome
Manis dan Bernard Meletzer terdapat tujuh proposisi umum yang mendasarinya:
a. Tingkah laku manusia dan interaksi antarmanusia dilakukan
melalui perantaraan lambang-lambang yang mengandung arti.
b. Orang menjadi menusiawi setelah berinteraksi dengan
orang-orang lain.
c. Masyarakat merupakan himpunan dari orang-orang yang
berinteraksi.
d. Manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya
sendiri.
e. Kesadaran dan proses berpikir seseorang melibatkan proses
interaksi dalam dirinya.
f. Bahwa manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan
tindakan-tindakannya. g. Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan
penelaahan tentang tingkah laku perbuatan tersembunyi (Sendjaja, 2005).
C. Teori-teori Organisasi
1. Teori organisasi klasik
Konsep tentang organisasi telah berkembang mulai 1880-an dan
dikenal sebagai teori klasik (classical theory). Dampak teori ini terhadap
organisasi masih sangat besar. Sebagai contoh organissi yg didasarkan birokrasi
dan banyak bagian dari teori klasik Menurut teori organisasi klasik,
rasionalitas, efisiensi, dan keuntungan ekonomis merupakan tujuan organisasi.
Teori ini juga menyatakan bahwa manusia diasumsikan bertindak rasional sehingga
secara rasional dengan menaikkan upah, produktivitas akan meningkat.
Max Weber dengan konsep birokrasi idealnya menekankan pada
konsep otoritas dan kekuasaan yang sah untuk melakukan kontrol kepada pihak
lain yang berada di bawahnya sehingga organisasi akan terhindar dari
penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakefisienan. Frederick Taylor mengajukan
konsep "manajemen ilmiah" yang inti gagasannya adalah "bagaimana
cara terbaik untuk melakukan pekerjaan". Untuk ini Taylor membuat
standardisasi mulai dari seleksi (rekruitmen) dan penempatan yang menurutnya
merupakan sistem hubungan kerja antara manusia dengan mesin sehingga pekerjaan
dapat dianalisis secara ilmiah.
Henry Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya
pada pemecahan masalah-masalah fungsional kegiatan administrasi. Fayol
mengajukan konsep planning, organizing, command, coordination, dan control yang
menjadi landasan bagi fungsi dasar manajemen. Fayol juga mengemukakan empat
belas prinsip yang sangat fleksibel yang digunakan sebagai dasar bagi manajer
dalam mengelola organisasi. Keempat belas prinsip itu adalah pembagian kerja,
wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah,
mengutamakan kepentingan umum, pemberian upah, sentralisasi, rantai perintah,
ketertiban, keadilan, kestabilan masa kerja, inisiatif, dan semangat korps.
Gagasan Fayol sendiri didukung oleh koleganya di AS yaitu Gulick, Urwick, Mooney
dan Reiley.
Menurut James D. Mooney terdapat empat prinsip dasar untuk
merancang organisasi, yaitu :
a. Koordinasi, yang meliputi wewenang, saling melayani,
serta perumusan tujuan dan disiplin
b. Prinsip skalar, meliputi prinsip, prospek, dan pengaruh
sendiri, tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional
c. Prinsip fungsional, yaitu funsionalisme tugas yang
berbeda
d. Prinsip staf, yaitu kejelasan perbedaan antara staf dan
lini Meskipun mendapat banyak kritik yang menganggap bahwa teori-teori klasik
itu telah mengabaikan faktor humanistik, deterministik, dan tertutup, tetapi
tidak bisa dipungkiri bahwa teori klasik merupakan peletak dasar dari
teori-teori organisasi modern.
2. Teori tradisional (teori peralihan)
Teori tradisional muncul sebagai reaksi atas konsep-konsep
yang dikemukakan oleh para ahli teori klasik meskipun tidak sepenuhnya
mengabaikan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh teori klasik. Pendekatan yang
dilakukan oleh ahli teori ini adalah pendekatan perilaku atau bahavioral
approach (human relation approach). Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan
eksperimen yang dikenal dengan Hawthorne Experiment yang secara garis besar
dibagi dalam 4 tahap.
a. Mengkaji efek lingkungan dari produktivitas pekerja
b. Melakukan konsultasi dengan pekerja yang ikut eksperimen
c. Melakukan wawancara dengan pekerja (yang tidak ikut
eksperimen) melalui pertanyaan terbuka
d. Eksperimen yang dikenal dengan bank - wiring - room
experiment.
Hasil eksperimen tersebut adalah :
a. Sistem sosial para pekerja ikut berperan dalam organisasi
formal
b. Imbalan nonfinansial dan sanksi berperan dalam
mengarahkan perilaku pegawai
c. Kelompok ikut berperan dalam menentukan kinerja dan sikap
anggota kelompok
d. Munculnya pola kepemimpinan informal
e. Komunikasi yang makin intensif
f. Kepuasan dan kenyamanan bekerja meningkat
g. Pihak manajemen dituntut untuk lebih memahami situasi
sosial.
Experiment Hawthorne menjadi pemicu munculnya beberapa
pemikiran baru (yang masih dalam kerangka humanistik). Termasuk munculnya teori
sistem yang melihat organisasi sebagai suatu sistem yang memiliki
a. Subsistem teknis
b. Subsistem sosial
c. Subsistem kekuasaan.
Kemudian juga muncul teori kontingensi yang dibangun atas
dasar prinsip-prinsip yang telah dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori
kontingensi ini pada prinsipnya melihat bahwa organisasi harus berlandaskan
pada sistem yang terbuka (open system concept)
3. Teori mutakhir
Teori mutakhir atau modern merupakan pengembangan aliran
hubungan manusiawi sekaligus sebagai pandangan baru tentang perilaku manusia
dan sistem sosial. Dalam teori ini konsep manusia yang mewujudkan diri
(motivasi manusia) sangat penting bagi manajemen organisasi.
Terdapat empat prinsip dasar perilaku organisasi, yaitu :
a. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik
secara ketat (peranan, prosedur, dan prinsip)
b. Manajemen harus sistematis dan pendekatan yang digunakan
dengan pertimbangan secara hati-hati
c. Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan
manajer individual dalam pengawasan harus sesuai dengansituasi
d. Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen
pekerja terhadap tujuan organisasi sangat perlu. Berdasarkan berbagai teori
yang dikemukakan, baik teori klasik, teori tradisional, maupun teori mutakhir
mengindikasikan bahwa kinerja lembaga atau organisasi sangat ditentukan oleh
sistem komunikasi yang diterapkan, baik menyangkut praktik komunikasi, pola
pendekatan, media komunikasi, maupun ketersediaan sarana umpan balik. Variabel-variabel
tersebut akan menentukan produktivitas kinerja lembaga. Demikian pula dalam
praktiknya, kegiatan komunikasi hendaknya memperhatikan beragam bentuk
komunikasi, seperti komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi
horizontal, komunikasi lintas saluran dan komunikasi informal. Semakin kreatif
dan variatif organisasi itu menggunakan bentuk komunikasi, maka akan semakin
tinggi tingkat produktivitas kinerja lembaga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sendjaja, Sasa
Juarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005
Mulyana, A. 2008.
Komunikasi Dalam Organisasi (KDO).
Littlejohn, Stephen ,
Theories of Human Communication, Wadsworth Publishing Company, 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar